Kisah Sala Satu Dari 3 Eks Anggota ISIS yang Insaf dari 'Cuci Otak' Mati Syahid


Kelompok ISIS yang di pimpin Abu Bakr al-Baghdadi sampai kini menggunakan banyak " jurus " untuk memburu calon anggota baru. Semua langkah mereka tempuh, dari mulai jual jargon hidup mulia atau mati syahid sampai tawarkan kehidupan bak surgawi.

Tidak sedikit orang dari beragam latar belakang yang terlilit dengan rayuan maut ISIS. Mereka ikhlas meninggalkan keluarga, mengorbankan harta benda atau mungkin saja kehidupan mapan untuk terbang ke beberapa ladang perseteruan, seperti Suriah serta Irak untuk bergabung dengan grup teroris itu.

Banyak juga yang salah satunya " disulap " jadi martir. Ya, kurun waktu yang demikian singkat mereka didoktrin perkara mati syahid hingga tanpa ada sedikit juga kesangsian mereka siap meledakkan diri, membunuh mengatasnamakan agama.

Tetapi tidak sedikit juga yang selanjutnya mengerti kalau apa yang di tawarkan ISIS yaitu fatamorgana. Hal itu disadari beberapa bekas anggota kelompok teroris itu yang mengambil keputusan hengkang sesudah mereka merasakan kalau tidak ada kesenangan " surga " yang dijanjikan.

Nama lengkap pria itu, Mohamad Jamal Khweis (26). Pada Maret 2016 lantas, ia hengkang dari ISIS serta pilih menyerahkan diri pada, Peshmerga, kelompok bersenjata Kurdi.

Khweis mengakui diterpa penyesalan mendalam lantaran sudah bergabung dengan ISIS yang memproklamirkan diri mereka sebagai kekhalifahan. Ia menyatakan sudah "membuat ketentuan yang buruk " serta " tak berpikir jernih ".

Lewat sebuah wawancara dengan stasiun tv Kurdistan 24 dan dikutip Fox News, Khweis menerangkan ia pergi ke Mosul, Irak, yang dikuasai ISIS sesudah berjumpa dengan seorang wanita di Turki semasa melancong ke negara tetangga Suriah itu.

 " Kami menggunakan saat berbarengan dan ia menyampaikan kalau ia datang dari Mosul, Irak, " tutur Khweis yang menambahkan kalau mereka pergi dari Istanbul ke Mosul dengan menumpangi bus serta kendaraan pribadi sebelum pada akhirnya tiba pada 16 Januari.

 " Dalam perjalanan kesana, saya begitu menyesal serta menginginkan kembali pada rumah sesudah beberapa hal tak berjalan seperti harusnya serta mendapati diri saya harus tinggal di lingkungan seperti itu, " terang dia.

Khweis bahkan juga tidak dapat memastikan identitas wanita yang pergi bersamanya ke Mosul. Pada The Daily Beast, beberapa petinggi Amerika Serikat (AS) menyampaikan, ISIS sudah membuat satu jaringan wanita yang bertanggungjawab untuk merekrut anggota baru.

Selanjutnya, pria itu menerangkan kalau ia cuma dapat bertahan tinggal di Mosul selama sebulan. " Saya merasa begitu sangat susah untuk hidup disana. Saya temukan seorang yang dapat mengantarkan saya kembali ke Turki. Awalannya dia menyampaikan bisa, tetapi nyatanya susah. Dia cuma dapat membawa saya ke dekat perbatasan Turki, " terang Khweis.

Di dekat Kota Sinjar, pria itu pada akhirnya menyerah pada grup bersenjata Kurdi.

Pria keturunan Palestina itu bercerita, di Mosul ia banyak menjumpai anggota ISIS yang datang dari negara-negara di Asia Tengah serta Asia Selatan. Ia masuk ke Turki lewat Eropa yaitu melewati London serta Amsterdam.

 " Hidup di Mosul betul-betul mengerikan. Beberapa orang yang mengendalikan kota itu tak mempunyai agama. Daesh --nama lain ISIS-- tidak miliki agama. Saya tak lihat mereka sebagai muslim yang baik, " paparnya.